Kali ini saya akan menulis mengenai RISHA, sebenarnya tulisan saya ini sudah sejak tahun 2007 lalu, waktu saya masih duduk dibangku kuliah. Tulisan ini saya buat untuk memenuhi syarat pengajuan Beasiswa Prestasi yang saya ajukan kepada Universitas. Tepatnya Beasiswa dari Yayasan Toyota dan Astra. Alhamdulillah Penelitian dan tulisan saya lolos seleksi dari Universitas dan masuk DIKTI dari sekitar puluhan kelompok yang mengajukan. Tulisan saya ini merupakan kelompok PKM-P atau (Program Kreativitas Mahasiswa -Penelitian ) Bersama dengan 2 orang rekan saya Tulisan ini saya dedikasikan kepada Yessie FE dan Brigitha Dhias A. Berkat kerja keras kita semua, Tulisan kita bisa Lolos Dikti
Oke langsung saja kita lihat seperti apa abstrak dari tulisan saya.......:)
A. Abstrak
Kebutuhan manusia akan rumah sebagai kebutuhan pokok sangatlah mendesak. Hlm ini terutma diakibatkan harga tanah yang melambung semakin tinggi yang diakibatkan kondisi perekonomian Indonesia yang semakin menurun, belum lagi biaya-biaya tambahan yang harus dikeluarkan dalam proses membangun. Hlm ini semakin membuat pesimis setiap orang yang berpenghasilan dibawah rata-rata untuk memiliki rumahnya sendiri.
Makmur atau tidaknya suatu Negara juga dapat dinilai dari terpenuhi atau tidaknya kebutuhan rumah tiap penduduknya, tentunya rumah tersebut haruslah rumah yang sehat. Suatu Negara yang dapat menjamin masyarakatnya mendapat tempat tingga maka Negara tersebut mempunyai tingkat stabilitas yang cukup tinggi. Diperkirakan jumlah keluarga yang belum mempunyai rumah sekitar 7,2 juta keluarga dan 14 juta unit rumah di Indonesia berada dalam kondisi yang kurang layak. Selain itu 10.065 lokasi merupakan kawasan kumuh dengan luas 47.393 ha dan dihuni 17,2 juta jiwa.
Rumah sebgai salah satu kebutuhan pokok selain sandang dan pangan lebih terlihat pada saat pasca bencana Tsunami di Aceh pada Desember 2004, Pangandaran, dan Yogyakarta. Kebutuhan korban bencana akan rumah untuk tempat berteduh yang aman, nyaman dan sehat sangatlah mendesak.
Karena hlm-hlm tersebutlah, muncul sebuah solusi pembangunan rumah bagi penduduk Indonesia yang sekarang mencapai 800.000 unit per tahun.yang instant, sederhana, berkualitas menghiraukan kaedah-kaedah hesehatan bagi penghuni rumah tersebut. RISHA kepanjangan dari Rumah Instan Sederhana Sehat, dari nama RISHA sudah terlihat bahwa aspek yang menjadi andalan adalah hunian yang instant, sederhana, berkualitas tanpa menghiraukan kaedah-kaedah kesehatan bagi penghuni rumah tersebut. RISHA dikembangkan oleh Litbang Departemen Pekerjaan Umum di Bandung. RISHA banyak digunakan untuk perumahan, fasilitas umum, dan social, untuk memenuhi pambangunan infra struktur yang cepat dan handal.
Dari aspek lingkungan, teknologi ini mampu meminimalkan penggunaan bahan bangunan dan lebih ramah lingkungan karena mengurangi peggunaan tegakan seperti kayu dan bamboo.
RISHA merupakan rumah sederhana system knock down dengan teknologi yang tidak sesederhana namanya. RISHA merupakan inovasi dalam bidang konstruksi yang menggunakan teknologi konstruksi pracetak dari komponen-komponen bangunan yang disambungkan dengan baut dan plat yang terbuat dari galvanis, atau system kancing dengan plat baja.. Lain dengan teknologi konstruksi konvensional yang memiliki tingkat kerumitan sendiri yang tidak dapat dipelajari dengan waktu singkat. Sehingga hanya orang tertentu yang benar-benar ahlilah yang dapat membangun sebuah hunian. Sedangkan keunggulan Risha yaitu terdiri dari komponen-komponen terpisah yang dibuat dipabrik dan disalurkan ke pengembang dan masyarakat yang dapat langsung dirakit menjadi rumah.
Komponen tersebut dibuat dengan system pracetak dengan tingkat akurasi tinggi untuk tiap-tiap komponen. Dengan kualitas yang baik akan memudahkan proses pembongkaran atau proses rebuilt untuk merubah tampilan. Komponen RISHA juga sudah teruji kehandalannya terhadap resiko gempa. Banguan RISHA diperkirakan bertahan sampai 50 tahun.
B. Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan rumah sebagai kebutuhan pokok sangatlah mendesak. Hal ini terutma diakibatkan harga tanah yang melambung semakin tinggi yang diakibatkan kondisi perekonomian Indonesia yang semakin menurun, belum lagi biaya-biaya tambahan yang harus dikeluarkan dalam proses membangun. Hal ini semakin membuat pesimis setiap orang yang berpenghasilan dibawah rata-rata untuk memiliki rumahnya sendiri.
Makmur atau tidaknya suatu Negara juga dapat dinilai dari terpenuhi atau tidaknya kebutuhan rumah tiap penduduknya, tentunya rumah tersebut haruslah rumah yang sehat. Suatu Negara yang dapat menjamin masyarakatnya mendapat tempat tingga maka Negara tersebut mempunyai tingkat stabilitas yang cukup tinggi. Diperkirakan jumlah keluarga yang belum mempunyai rumah sekitar 7,2 juta keluarga dan 14 juta unit rumah di Indonesia berada dalam kondisi yang kurang layak. Selain itu 10.065 lokasi merupakan kawasan kumuh dengan luas 47.393 ha dan dihuni 17,2 juta jiwa.
Rumah sebgai salah satu kebutuhan pokok selain sandang dan pangan lebih terlihat pada saat pasca bencana Tsunami di Aceh pada Desember 2004, Pangandaran, dan Yogyakarta. Kebutuhan korban bencana akan rumah untuk tempat berteduh yang aman, nyaman dan sehat sangatlah mendesak.
Karena alasan-alasan tersebutlah, muncul sebuah solusi pembangunan rumah bagi penduduk Indonesia yang sekarang mencapai 800.000 unit per tahun, yang instant, sederhana, berkualitas menghiraukan kaedah-kaedah hesehatan bagi penghuni rumah tersebut. RISHA kepanjangan dari Rumah Instan Sederhana Sehat, dari nama RISHA sudah terlihat bahwa aspek yang menjadi andalan adalah hunian yang instant, sederhana, berkualitas tanpa menghiraukan kaedah-kaedah kesehatan bagi penghuni rumah tersebut. RISHA dikembangkan oleh Litbang Departemen Pekerjaan Umum di Bandung. RISHA banyak digunakan untuk perumahan, fasilitas umum, dan social, untuk memenuhi pambangunan infra struktur yang cepat dan handal.
Selain rumah Risha yang baru ini kita kenal, terdapat juga rumah umum yang banyak kita temui dalam kehidupan sehari hari. Rumah ini disebut rumah konvensional. Rumah konvensional saat ini juga mengalami perkembangan, baik perkembangan teknologi maupun material. Perkembangan tersebut dilatar belakangi oleh beberapa faktor, antara lain faktor geografis Indonesia. Letak geografis Indonesia berada tepat di pertemuan lempeng benua sehingga apabila terjadi pergerakan lempeng bisa mengakibatkan terjadinya gempa bumi, maupun Tsunami. Dari keadaan alam seperti itu maka kondisi rumah juga menyesuaikan dengan alam. Rumah konvensional yang tahan gempa dipilih menjadi solusi masyarakat sekarang.
C. Perumusan Masalah
· Apa saja komponen-komponen yang membentuk rumah RISHA dan rumah sederhana yang tahan gempa?
· Bagaimana penerapan komponen-komponen tersebut sehingga menjadi sebuah bangunan?
· Bagaimana ketahanan RISHA dan rumah konvensional tahan gempa terhadap bencana gempa?
· Apa saja kelebihan dan kekurangan RISHA dibandingkan rumah konvensional tahan gempa?
D. Tujuan Program
§ Mempelajari penerapan komponen-komponen RISHA sebagai system bangunan sebagai rumah tinggal.
§ Mempelajari proses-proses pembangunan RISHA dari tahap awal sampai finishing interior dan eksterior akhir.
§ Mempelajari proses pembangunan rumah konvensional tahan gempa dari tahap awal sampai finishing interior dan eksterior.
§ Menganalisa kelebihan dan kekurangan RISHA dibandingkan dengan rumah dengan luasan yang sama, yang dibangun secara konvensional.
D. Luaran yang diharapkan
E. Kegunaan Program
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan perumahan sederhana menjadi perencanaan minimal dari inti perseorangan, yaitu pembentukan ruang dan lingkungan pemukiman individu. Apakah ruang inti ini menjadi suatu kamar kecil dan sederhana atau ruang besar dan mewah tidak penting. Yang penting adalah penghuni dapat menyesuaikan diri dengan rumahnya. Ruang inti menjadi pelindung terhadap gangguan dari luar seperti keramaian, sinar panas, angina, hujan, dsd. Sebagai tempat bertemu individu lain, dengan tetangga, sahabat, dsb.
Bentuk rumah walaupun pada perumahan sederhana diperlukan suatu standarisasi, harus mengandung banyak kemungkinan untuk meletakkan mebel dan lain sebagainya menurut keinginan penghuni. Pembentukan rumah tersebut harus mencerminkan penghuni sebagai individu. (Sumber: Heinz, Frick. Rumah Sederhana. Kanisius. 1984.)
METODE PENDEKATAN
¨ Metode Pengumpulan data
Dilakukan dengan studi literature, mengumpulkan data-data yang sesuai dengan pembahasan yang didapat dari buku, majalah, Koran, dan internet untuk melengkapi isi makalah.
Pengumpulan data secara langsung dengan survey menuju tempat-tempat yang relevan dengan bahan bahasan makalah.
¨ Metode pembahasan
Pembahasan dilakukakan dengan pengolahan penyatuan data-data yang didapat dari buku, majalah, internet, dan pengamatan penulis secara langsung.
¨ Metode penyimpulan
Menyimpulkan dari data-data yang didapat selama proses pembuatan makalah, baik data dari studi literature atau pengamatan secara langsung ke lapangan.
PELAKSANAAN PROGRAM
Waktu dan tempat pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan
Instrumen pelaksanaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
RISHA adalah sebuah struktur bangunan (ponsdasi, kolom, dan balok) yang terdiri dari panel-panel struktur yang terbuat dari beton cetak
Konsep dasar pembangunan rumah sederhana dengan sistem RISHA adalah ringan, dapat dengan cepat dibangun, bisa dibongkar pasang, dan komponennya dapat diproduksi oleh usaha kecil menengah
Dari tahap analisa perbandingan hunian type 36 dengan struktur RISHA dengan rumah type konvensional, dapat disimpulkan bahwa hunian dengan struktur RISHA memakan biaya yang lebih murah, tenaga yang lebih sedikit dan waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan rumah yang dibangun dengan tipe konvensional.
Pada ketahanan terhadap gempa, struktur RISHA sudah dibuktikan pada pusal Penelitian Bangunan di Cileunyi, bandung, bahwa struktur RISHA tetap dapat berdiri pada zona gempa 6 skala richter. Sedangkan pada rumah konvensional, struktur tidak dapat bertahan pada daerah gempa.
Finishing RISHA juga juga relatif mudah, karena pada penggunaan dinding partisi dapat pula diganti dengan penggunaan kalsiboard, dinding batu bata, batako, dinding sirap, anyaman bambu, dan banyak jenis lainnya sesuai dengan potensi yang ada pada daerahnya. Tetapi penggunaan batu bata lebih banyak digunakan. Hal ini disebabkan pemikiran yang sudah terbentuk dimasyarakat Indonesia bahwa, jika tidak mempunyai rumah dari batu bata, sama dengan belum mempunyai rumah.
Akhir kata, membangun rumah murah bukan sekadar untuk membangun sebuah rumah yang murahan, tetapi rumah yang masih mengikuti kebutuhan rumah yang sesuai standar. Teknologi RISHA memungkinkan kita mendapat sebuah hunian yang relatif terjangkau dan memenuhi standar mengenai rumah yang sehat.
Dengan harga yang relatif murah, dan dengan kecepatan membangun yang relatif singkat diharapkan seluruh rakyat Indonesia dapat mempunyai sebuah hunian yang layak. Dan diharapkan pula, korban bencana alam yang belum mempunyai rumah, dapat segera memiliki hunian baru sebagai tempat berteduh.
LAMPIRAN
Tinjauan Pustaka
- Sabarudin, Arief. Membangun RISHA. Penebar Swadaya. Jakarta. 2006
- Frick, Heinz. Arsitektur dan Lingkungan. Yogyakarta, Kanisius.
- Frick, Heinz. Koesmartadi, Ch. Ilmu Bahan Bangunan. Yogyakarta, Kanisius.
- Frick, Heinz. Ilmu Konstruksi Bangunan I. Yogyakarta. Kanisius
- Z, Zainal. A. Rumah Papan Bongkar Pasang. Jakarta. PT Gramedia. 1993.
- Ching D.K. Architechture: Form, Space and Order.
- Sabarudin A., Pengenalan Teknologi Konstruksi RSH Sistem RISHA. Bandung. Puslitbang Permukiman. 2004
Oke sekian dulu abstrak tulisan saya, lanjut di post berikutnya saya akan jabarkan isi dari tulisan saya. Bagi pembaca mohon jika ada kritik dan saran mohon masukannya..:)
Salam ^^